Article Image

Beda-Bedain Mainan Anak Laki-laki dengan Perempuan, Masih Zaman Enggak Sih?

Masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa mainan anak harus dibedakan sesuai gender, antara laki-laki dan perempuan. Umumnya, pilihan mainan ini dipengaruhi oleh stereotip maskulinitas dan femininitas yang masih kuat dalam budaya pengasuhan. Namun, Psikolog Anak dan Keluarga, Saskhya Aulia Prima, mengungkapkan bahwa di zaman sekarang, pilihan mainan anak mulai lebih terbuka. Fokus seharusnya tidak lagi pada jenis kelamin anak, tetapi lebih kepada *manfaat dari mainan tersebut* terhadap perkembangan anak. > "Saya ingin mengatakan, ini bukan soal maskulin atau feminim, tapi lebih kepada manfaat fisik, pelajaran teknik dan mekanik, serta stimulasi motorik halus dan kasar," ujar Saskhya dalam peluncuran media NERF Challenge di Mal Gandaria City, Jakarta. Saskhya juga menambahkan bahwa tak masalah jika anak menyukai mainan tertentu, meskipun secara umum dianggap tidak sesuai dengan gender mereka. Justru, anak-anak yang cenderung pasif atau sedentary bisa dikenalkan dengan mainan yang merangsang aktivitas fisik agar mereka lebih aktif bergerak. ### Yang Membedakan adalah Stimulasi, Bukan Gender Menurut Saskhya, yang seharusnya menjadi perhatian bukanlah jenis mainannya, tetapi jenis *stimulasi* yang diberikan oleh mainan tersebut. > "Sebenarnya, semua alat mainan adalah alat pembelajaran. Dari situ kita bisa lihat, stimulasi apa yang anak dapatkan dari mainan itu," jelasnya. Sebagai contoh: - Mainan yang dianggap lebih "feminin" seperti masak-masakan, cenderung melatih empati, perhatian, dan kemampuan sosial seperti caregiving. - Sementara mainan seperti tembak-tembakan atau konstruksi, cenderung mengasah kemampuan teknikal, logika, dan pemecahan masalah. Kesimpulannya, membatasi mainan berdasarkan gender sudah tidak relevan lagi. Justru, memberikan anak akses ke berbagai jenis mainan akan memperkaya pengalaman belajar mereka dan membantu mereka berkembang secara menyeluruh, tanpa sekat stereotip gender.